06 - 10 Nopember 2010
Segala puji bagi Allah Subhanahu Wa Ta'ala yang telah memberi kesempatan untuk Ayah dan Bunda memenuhi panggilan Nya beribadah di tanah suci. Sebuah karunia terindah sepanjang hayat yang tak ternilai dengan hitungan apapun saat Bunda berkesempatan melengkapi bilangan rukun Islam ini. Bergetar hati Bunda waktu Ayah mengabarkan bahwa Bunda dan Ayah terdaftar untuk berhaji tahun ini. Alhamdulillah ya Allah untuk semua kemudahan yang engkau berikan kepada kami.
Menunaikan ibadah haji tentu saja harus berbekal berpuluh-puluh karung rasa ikhlas. Ikhlas meninggalkan keluarga, ikhlas meninggalkan mas Arka dan dd Argi, ikhlas meninggalkan sahabat, teman dan kenikmatan duniawi. Saat ini baru Bunda tersadar dunia haruslah ditempatkan di telapak tangan bukan di bilik hati kita, agar mudah bagi kita melepaskan kesenangan duniawi. Subhanallah. Dan benar, Bunda bersungguh-sungguh mencoba ikhlas saat itu jika memang Allah menghendaki jika Bunda memang tak kembali.
Keharuan yang luar biasa menjadi atmosfir sejak pertama Bunda meninggalkan rumah, meninggalkan mas Arka dan dd Argilah yang terberat bagi Bunda, tapi Bunda percaya Allah akan menjaga mas Arka dan dd Argi. Air mata Bunda menetes satu persatu semakin deras, rasa sedih meninggalkan mas Arka dan dd Argi berbaur menjadi satu dengan rasa bahagia dan haru karena menjadi hamba pilihan Allah, juga kebahagiaan menjadi tamu Allah. Labaik Allahuma Labaik … aku penuhi undanganmu ya Allah…
Hari itu Sabtu 06 Nopember 2010, Bunda dan Ayah harus ikhlas meninggalkan mas Arka dan dd Argi yang sedang tertidur pulas.
Segala puji bagi Allah Subhanahu Wa Ta'ala yang telah memberi kesempatan untuk Ayah dan Bunda memenuhi panggilan Nya beribadah di tanah suci. Sebuah karunia terindah sepanjang hayat yang tak ternilai dengan hitungan apapun saat Bunda berkesempatan melengkapi bilangan rukun Islam ini. Bergetar hati Bunda waktu Ayah mengabarkan bahwa Bunda dan Ayah terdaftar untuk berhaji tahun ini. Alhamdulillah ya Allah untuk semua kemudahan yang engkau berikan kepada kami.
Menunaikan ibadah haji tentu saja harus berbekal berpuluh-puluh karung rasa ikhlas. Ikhlas meninggalkan keluarga, ikhlas meninggalkan mas Arka dan dd Argi, ikhlas meninggalkan sahabat, teman dan kenikmatan duniawi. Saat ini baru Bunda tersadar dunia haruslah ditempatkan di telapak tangan bukan di bilik hati kita, agar mudah bagi kita melepaskan kesenangan duniawi. Subhanallah. Dan benar, Bunda bersungguh-sungguh mencoba ikhlas saat itu jika memang Allah menghendaki jika Bunda memang tak kembali.
Keharuan yang luar biasa menjadi atmosfir sejak pertama Bunda meninggalkan rumah, meninggalkan mas Arka dan dd Argilah yang terberat bagi Bunda, tapi Bunda percaya Allah akan menjaga mas Arka dan dd Argi. Air mata Bunda menetes satu persatu semakin deras, rasa sedih meninggalkan mas Arka dan dd Argi berbaur menjadi satu dengan rasa bahagia dan haru karena menjadi hamba pilihan Allah, juga kebahagiaan menjadi tamu Allah. Labaik Allahuma Labaik … aku penuhi undanganmu ya Allah…
Hari itu Sabtu 06 Nopember 2010, Bunda dan Ayah harus ikhlas meninggalkan mas Arka dan dd Argi yang sedang tertidur pulas.
Mas Arka dan dd Argi yg lagi tidur lelap |
Berdoa untuk kelancaran ibadah kami |
Di bandara Bontang begitu juga, ada banyak teman kantor Ayah yang melepas perjalan haji ini.
Akas yang anter ke bandara, titip Arka-gi ya Kas.. |
Delay, ya wiiss foto-foto dulu deh.. :) |
Tapi ini adalah ujian kesabaran pertama bagi Ayah dan Bunda karena ternyata penerbangan ditunda hingga pukul 3 sore nanti. Oh..
Akhirnya jam 15.15 WIB Ayah dan Bunda beserta rombongan bisa masuk ke dalam pesawat.
Tapi ternyata masih ada masalah dan pesawat baru benar-benar lepas landas pukul 17.15 WIB.
Pelan tapi pasti pesawat terus melaju meninggalkan bandar udara Soekarno hatta, menuju ke bandar udara King Abdul Azzis - Jeddah. Bunda sisipkan doa dalam hati semoga Allah SWT menjaga mas Arka dan dd Argi serta agar dimudahkan perjalan ibadah Ayah dan Bunda ini. Amin.
Selama perjalan yang memakan waktu sekitar 8 jam fikiran Bunda melayang, bagaimanakah tanah suci itu? Bagaimanakah Ka’bah itu? Bagaimana rasanya nanti melihat ka'bah secara langsung? Apakah besar? Apakah Bunda bisa meyelesaikan semua ritual haji? Apakah penuh orang? Tidak sabar rasanya Bunda ingin segera melihat tanah kelahiran para nabi dan rosul Allah itu. Apakah gersang? Apakah sangat panas?
Tiba di Jeddah pukul 22.10 waktu setempat, alhamdulillah dari lubuk hati Bunda yang paling dalam berkali-kali Bunda mengucap syukur. Kembali ujian kesabaran bagi Ayah dan Bunda, disini Ayah dan Bunda harus antri imigrasi dengan beratus-ratus jama’ah lain. Selagi antri ini Bunda sempat berbincang-bincang dengan sekelompok remaja putri dari Bahrain, mereka hanya sekitar 9 hari di Mekkah ini, khusus untuk haji. Ramah sekali mereka sampai Bunda menyelipkan doa semoga Bunda dan ayah di karuniai seorang putri yang cantik, ramah dan soleh seperti mereka. Amin.
Syukur alhamdulillah, saat pemeriksaan imigrasi ini Bunda dibantu petugas disana sehingga antrinya tidak terlalu lama. Sambil menunggu Ayah dan teman-teman lain yang masih antri, Bunda melihat kesibukan di ruang imigrasi ini, subhanallah, berbagai orang dari berbagai ras ada disini, semua bersabar mengantri menunggu giliran.
Ayah, pak dokter Yudi, pak Agus dan dibelakang ada pak de Arief |
Ada juga yang menghemat tenaga dengan tidur sambil duduk di ruang tunggu. Perjalanan yang sungguh sangat melelahkan.
Lolos dari pemeriksaan imigrasi kembali Ayah dan Bunda harus antri bis yang akan membawa ke tanah Haram Mekkah. Disini ada kejadian lucu, entah karena capek dan lelah begitu Bunda fikir sudah waktunya sholat subuh Bunda segera melakasanakan sholat di mushola kecil dalam bandara, kedua begitu selesai sholat yang pertama lho kok adzan ya wes Bunda sholat lagi. Selesai sholat yang kedua Bunda kembali ke ruang tunggu dan berbincang-bincang dengan seorang ibu dari Nigeria, lho kok terdengar suara adzan lagi? Oalaaa ternyata di sini adzan subuhnya 2x. Lucu banget, berarti Bunda sudah 3x sholat subuh..
Sekitar pukul 09.57 waktu setempat akhirnya Ayah dan Bunda bisa naik bis menuju maktab. Alhamdulillah.
Inilah kali pertama Bunda melihat suasana negeri para nabi, tempat turunnya wahyu dari Allah SWT dan melihat tanah haram. Melihat betapa di tanah yang gersang dan tandus tempat para nabi lahir dan menyebarkan agama Islam, melihat atas kuasa Allah tanah yang kering dan panas ini begitu dirindukan oleh berjuta-juta umat. Alhamdulillah Bunda bisa menginjakkan kaki disini.
Ini foto Ayah dan Bunda didalam bis yang membawa Bunda beserta rombongan menuju apartemen di Makkah.
Dan ini adalah kotak makanan beserta sebotol air zamzam yang dibagi-bagikan untuk semua jama'ah calon haji. Isi kotaknya itu roti dan biskuit dan biasanya rasa kurma.
Akhirnya sampai juga di apartemen (maktab), bagus tempatnya. Bunda satu kamar bertujuh orang. Dan yang menyenangkan lagi adalah deket apartemen itu ada pusat perbelanjaan untuk wanita. Sore-sore disaat santai, Ayah dan Bunda suka keliling melihat-lihat suasana seputaran apartemen. Yuk lihat-lihat dulu apartemennya.. :)
Ini foto Bunda di sekitar tempat belanja baju-baju, keren banget tempatnya sayang harga bajunya mahal dan model bajunya banyak kilap-kilapnya.
Oiya, di maktab ini Bunda mencuci baju dan ayah bantuin jemur.. siipp kompak banged, nih lihat tempat jemur dilantai paling atas apartemen. Tempatnya paaanaaass banget, jadi kalau nyuci harus malam biar pagi bisa segera di jemur, cepet keringnya. Oiya, untung Ayah bawa tali plastik dan penjempit kertas jadi jemuran Bunda aman, gak terbang ketiup angin.
Nah ini nih tempat jemur bajunya, cukup panas kan?
Kalau yang ini ruang makan di maktab, tempatnya kecil tapi cukuplah untuk tempat ngobrol sambil makan bergantian.
Tante Nisa, Bundanya tante Nisa, bu dokter Nancy dan siapa tuh ya ketutupan.. |
Lolos dari pemeriksaan imigrasi kembali Ayah dan Bunda harus antri bis yang akan membawa ke tanah Haram Mekkah. Disini ada kejadian lucu, entah karena capek dan lelah begitu Bunda fikir sudah waktunya sholat subuh Bunda segera melakasanakan sholat di mushola kecil dalam bandara, kedua begitu selesai sholat yang pertama lho kok adzan ya wes Bunda sholat lagi. Selesai sholat yang kedua Bunda kembali ke ruang tunggu dan berbincang-bincang dengan seorang ibu dari Nigeria, lho kok terdengar suara adzan lagi? Oalaaa ternyata di sini adzan subuhnya 2x. Lucu banget, berarti Bunda sudah 3x sholat subuh..
antri keluar imigrasi |
Pemandangan diluar bandara, bis pada antri |
didalam bis, alhamdulillah sampe juga di kota ini |
Gift meal dari pemerintah Arab |
Akhirnya sampai juga di apartemen (maktab), bagus tempatnya. Bunda satu kamar bertujuh orang. Dan yang menyenangkan lagi adalah deket apartemen itu ada pusat perbelanjaan untuk wanita. Sore-sore disaat santai, Ayah dan Bunda suka keliling melihat-lihat suasana seputaran apartemen. Yuk lihat-lihat dulu apartemennya.. :)
Ini foto Bunda di sekitar tempat belanja baju-baju, keren banget tempatnya sayang harga bajunya mahal dan model bajunya banyak kilap-kilapnya.
Woman Gallery disekitar maktab |
Nah ini nih tempat jemur bajunya, cukup panas kan?
Tempat jemurannya |
Nah, kalau foto dibawah ini adalah kamar Bunda dan teman-teman. Itu ada tante Nisa baru selesai sholat.
Dan taaadaaa inilah penghuni kamar di maktab ini, ada Bunda, tante Rina yang ternyata tetangga kita di Bontang, tante Nisa dan Uminya, tante Iceu dari Bogor, tante Ani dari Palembang dan mbah Suwarni. Senengnya Bunda bisa dapat banyak kenalan baru.
Kalau ini tampak luar maktab Ayah dan Bunda
selesai sudah keliling maktab, kembali kecerita Bunda saat pertama kali datang ke Maktab ini.
Waktu pertama tiba Bunda ingin segera mandi tapi Ayah dan Bunda masih dalam keadaan ihrom, belum boleh bersih-bersih, sabaar-sabarr.
Kamar tidur |
mbah Suwarni, Bunda, tante Rina, tante Iceu, tante Ani, tante Nisa dan Bundanya |
Luar maktab |
Waktu pertama tiba Bunda ingin segera mandi tapi Ayah dan Bunda masih dalam keadaan ihrom, belum boleh bersih-bersih, sabaar-sabarr.
Jam 9 malam waktu setempat kita mulai umroh. Dalam perjalanan menuju Masjidil Haram ada kejadian aneh. Ada yang telpon pak Nayuri pembimbing kita, katanya ada jama’ah yang tertinggal. Lho aneh, siapa sih yang tertinggal? “Pak Burhan kali” celetuk Bunda dan beberapa orang teman. “Eee pak Burhan ada di bis satunya kok..” begitu kata ibu Sri, istri pak Burhan. Akhirnya begitu tiba di masjidil Haram kita mulai berhitung, pas gak ada jamaah yang tertinggal. Membingungkan.
Ya wes, mulailah Ayah dan Bunda melaksanakan umrah wajib begitu tiba di Mekkah. Meski dilaksanakan di tengah malam, tapi sama sekali tak mengurangi kekhusyukan dalam beribadah, baik thawaf maupun sai. Tapi yang paling berkesan adalah saat pertama kali memasuki Masjidil Haram, sepertinya tiap langkah Bunda dibarengi dengan rasa deg-degan ingin segera tahu bangunan Ka’bah yang sesungguhnya.
Dan diatas ini foto Bunda dengan latar belakang orang-orang yang sedang Sa'i, atau berlari-lari kecil sebanyak 7x antara shafa dan marwa.
Saat melaksanakan tawaf dan sa’i, Bunda berdoa di tiap langkah sambil mengucap syukur alhamdulillah bisa melaksanakan ibadah ini. Berjuta permohonan dan doa yang kemudian Bunda sampaikan di depan Ka’bah dalam garis Multazam, doa yang Insya Allah diijabah. Allahu Akbar. Dalam balutan ihrom yang putih suci Bunda kembali meluruskan hati dan niat untuk menjalankan ibadah umrah dan haji karena panggilan Allah. Sungguh, Bunda juga mengharap ridlo Allah agar hikmah dan pelajaran yang diperoleh bisa bermanfaat kelak bagi keluarga dan sahabat.
Akhirnya tepat pukul 3 dini hari selesai sudah umroh pertama kali ini. Alhamdulillah semua baerjalan lancar. Dan diakhir cerita ternyata selama Ayah dan Bunda beserta rombongan berumroh, pak Burhan benar-benar sempat hilang dan berpencar dari rombongan dan istri selama sekian jam dan baru berhasil ditemukan sekitar pukul 6 pagi, saat kita berserta rombongan akan pulang ke maktab. Subhanallah. Kaget. karena berita hilang pak Burhan sudah kita terima tadi malam sesaat sebelum kita berangkat umroh.
Ya wes, mulailah Ayah dan Bunda melaksanakan umrah wajib begitu tiba di Mekkah. Meski dilaksanakan di tengah malam, tapi sama sekali tak mengurangi kekhusyukan dalam beribadah, baik thawaf maupun sai. Tapi yang paling berkesan adalah saat pertama kali memasuki Masjidil Haram, sepertinya tiap langkah Bunda dibarengi dengan rasa deg-degan ingin segera tahu bangunan Ka’bah yang sesungguhnya.
Alhamdullah, masjidil Haram |
Begitu sampai di dalam masjid dan sorot mata sudah bisa menembus langsung keberadaan Ka’bah rasa syukur dan doa segera Bunda panjatkan.
Ya Allah, tambahkanlah kemuliaan, keagungan, kehormatan dan kewibawaan pada Baitullah ini. Dan tambahkanlah pula pada orang-orang yang memuliakan,
menghormati dan mengagungkannya di antara mereka yang berhaji atau yang berumrah padanya, dengan kemuliaan, kehormatan, kebesaran dan kebaikan
Ya Allah, tambahkanlah kemuliaan, keagungan, kehormatan dan kewibawaan pada Baitullah ini. Dan tambahkanlah pula pada orang-orang yang memuliakan,
menghormati dan mengagungkannya di antara mereka yang berhaji atau yang berumrah padanya, dengan kemuliaan, kehormatan, kebesaran dan kebaikan
Inilah kali pertama Bunda melihat Ka’bah.
Didepan ka'bah |
Dan diatas ini foto Bunda dengan latar belakang orang-orang yang sedang Sa'i, atau berlari-lari kecil sebanyak 7x antara shafa dan marwa.
Saat melaksanakan tawaf dan sa’i, Bunda berdoa di tiap langkah sambil mengucap syukur alhamdulillah bisa melaksanakan ibadah ini. Berjuta permohonan dan doa yang kemudian Bunda sampaikan di depan Ka’bah dalam garis Multazam, doa yang Insya Allah diijabah. Allahu Akbar. Dalam balutan ihrom yang putih suci Bunda kembali meluruskan hati dan niat untuk menjalankan ibadah umrah dan haji karena panggilan Allah. Sungguh, Bunda juga mengharap ridlo Allah agar hikmah dan pelajaran yang diperoleh bisa bermanfaat kelak bagi keluarga dan sahabat.
Akhirnya tepat pukul 3 dini hari selesai sudah umroh pertama kali ini. Alhamdulillah semua baerjalan lancar. Dan diakhir cerita ternyata selama Ayah dan Bunda beserta rombongan berumroh, pak Burhan benar-benar sempat hilang dan berpencar dari rombongan dan istri selama sekian jam dan baru berhasil ditemukan sekitar pukul 6 pagi, saat kita berserta rombongan akan pulang ke maktab. Subhanallah. Kaget. karena berita hilang pak Burhan sudah kita terima tadi malam sesaat sebelum kita berangkat umroh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar