15 - 16 Nopember 2010
Hari ini jadwal untuk wukuf di Arafah.
Sudah mandi, kemudian memakai pakaian ihram, menunggu antrian Bis. Berangkat menuju Arafah, di Bis mulai pasang niat Ihram Haji
“Labbaika Allahumma Hajjan”
duh, merinding Bunda selama perjalanan, deg-degan luar biasa.
"Ya Allah, lancarkan perjalanan ibadahku dan suamiku ini, kami melakukan ini karenamu ya Allah, sempurnakan ibadah haji kami.. amin.."
Di Arafah sudah banyak orang, cuaca juga sangat panas. Walaupun tenda rombongan Bunda sudah ber AC tapi masih kalah dengan teriknya matahari diluar sana.
Di arafah ini kegiatannya mendengarkan Kutbah wukuf, Shalat dhuhur & Ashar di qasar, ber istigozah, berdo’a wukuf, dan disunahkan bertalbiyah. Setelah matahari terbenam baru diperbolehkan meninggalkan Arafah menuju Muzdalifah.
Ayah dan Bunda mencari tempat sepi berdua, menghadap ke gunung-gunung tandus didepan tenda, bertafakur, introspeksi diri dan berdoa kepada Allah sambil bercucuran air mata, gak tau kenapa ya tapi rasanya sediiihhh banget, air mata Bunda gak berhenti mengalir selama di Arafah ini, rasanya Bunda banyak dosa banget ke Allah, ke Ayah, ke mas Arka dan dd Argi, ke orang-orang sekitar Bunda.
Bunda memohon ampun dengan sepenuh hati, semoga Allah mengampuni dosa-dosa Bunda, insya Allah Bunda menjadi orang yang lebih baik setelah pulang ber haji ini. Amin.
Selesai wukuf di Arafah dan matahari sudah tenggelam, langsung menuju Muzdalifah dengan niat Mabit dan mengambil batu-batu untuk melontar. Disini tidak seperti di Mina atau di Arafah yang disediakan tenda, di Muzdalifah hanya disediakan alas terpal tipis.
Mulailah disusun ransel dan tas sebagai alas kepala untuk tiduran. Tidur beralas terpal dengan beratap langit berhiaskan bulan dan bintang. Langit beserta hiasannya terlihat dekat dan indah. Subhanallah, tidaklah sia-sia Engkau menciptakannya.Maha Suci Allah peliharalah kami dari siksa neraka.
Di Muzdalifah ini bapak-bapaknya masih dalam kondisi ihram, jadi hanya mengenakan 2 lembar kain untuk menahan dinginnya angin.
Setelah beristirahat sejenak, Ayah dan Bunda mulai mencari-cari batu kerikil untuk melontar besok. Batunya tidak terlalu besar dan tidak juga kecil, secukupnya saja. Saat inilah senter digunakan.. :)
Lewat tengah malam rombongan bergerak kembali menuju tenda di Mina.
Sampai di Mina istirahat sebentar, Ayah dan Bunda beserta rombongan bersiap-siap kembali untuk melontar jumrah Aqobah pada hari Nahar (hari pertama hanya jumrah Aqobah yang dilontar). Jarak dari tenda ke tempat lempar Jum'rah lumayan cukup jauh, dan ditempuh sambil berjalan kaki.
Pak Nayuri sebagai pemimpin rombongan membawa bendera hijau KBIH kami, biar terlihat dari jauh bendera tersebut diikat diranting pohon. Sepanjang perjalanan Ayah dan Bunda mengucapkan talbiyah.
Melewati dua terowongan Mina dan bergabung dengan rombongan lain yang akan melontar, dalam perjalanan ini sempat ciut juga nyali Bunda, khawatir dengan padatnya jemaah yang akan melontar jamrat. Bunda terbayang beberapa kejadian yang banyak memakan korban dalam pelaksanaan wajib haji ini. Namun, sesaat kemudian Bunda harus melepaskan pikiran tersebut dan kembali memasrahkan diri kepada ketentuan Allah, semua Allah yang menentukan, dan lagi kalau ada rasa was-was itulah pekerjaan syaitan didalam menggoda keimanan kita ya kan?. Pada saat diawal area melontar, kami diarahkan oleh petugas untuk menuju tempat melontar di bawah, kemudian Ayah mengingatkan Bunda untuk mengeluarkan batu kerikil untuk disiapkan digenggaman.
Hampir mendekati tempat melontar, pak Nayuri mengambil posisi masuk dari tengah diikuti oleh kami yang dibelakang. Ayah dan Bunda berusaha mendekati pinggiran tempat melontar, memberi kesempatan jemaah yang sudah melontar untuk keluar area lalu sedikit demi sedikit mulai masuk menggantikan posisi jemaah yang sudah selesai. Bunda mulai pasang niat didalam hati bahwa Bunda mau melontar semata mata karena Allah.
"Bismilahi Allahu Akbar……..!"
Bunda berseru keras sambil melontarkan satu persatu batu kerikil.
"Bismillahi Allahu Akbar….!"
Ayah dan Bunda terus bertakbir setiap melakukan lontaran sampai selesai 7 batu kerikil di tangan. Setelah menyelesaikan 7 lontaran, Ayah melindungi Bunda untuk keluar dari area sambil memegangi kepala takut kalau terkena batu yang nyasar.
Agak menjauh dari jamarat Aqobah, Ayah dan Bunda berhenti sejenak menghadap kearah kiblat untuk memanjatkan do’a sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah untuk berdo’a ketika selesai melontar. Sehabis berdo’a lalu berkumpul diujung jalan, dengan melihat lambaian bendera rombongan yang berwarna hijau stabilo.
Alhamdulillah Ayah dan Bunda bisa melontar dengan lancar tanpa kendala apapun.
Pak Nayuri sebagai pemimpin rombongan membawa bendera hijau KBIH kami, biar terlihat dari jauh bendera tersebut diikat diranting pohon. Sepanjang perjalanan Ayah dan Bunda mengucapkan talbiyah.
Melewati dua terowongan Mina dan bergabung dengan rombongan lain yang akan melontar, dalam perjalanan ini sempat ciut juga nyali Bunda, khawatir dengan padatnya jemaah yang akan melontar jamrat. Bunda terbayang beberapa kejadian yang banyak memakan korban dalam pelaksanaan wajib haji ini. Namun, sesaat kemudian Bunda harus melepaskan pikiran tersebut dan kembali memasrahkan diri kepada ketentuan Allah, semua Allah yang menentukan, dan lagi kalau ada rasa was-was itulah pekerjaan syaitan didalam menggoda keimanan kita ya kan?. Pada saat diawal area melontar, kami diarahkan oleh petugas untuk menuju tempat melontar di bawah, kemudian Ayah mengingatkan Bunda untuk mengeluarkan batu kerikil untuk disiapkan digenggaman.
Hampir mendekati tempat melontar, pak Nayuri mengambil posisi masuk dari tengah diikuti oleh kami yang dibelakang. Ayah dan Bunda berusaha mendekati pinggiran tempat melontar, memberi kesempatan jemaah yang sudah melontar untuk keluar area lalu sedikit demi sedikit mulai masuk menggantikan posisi jemaah yang sudah selesai. Bunda mulai pasang niat didalam hati bahwa Bunda mau melontar semata mata karena Allah.
"Bismilahi Allahu Akbar……..!"
Bunda berseru keras sambil melontarkan satu persatu batu kerikil.
"Bismillahi Allahu Akbar….!"
Ayah dan Bunda terus bertakbir setiap melakukan lontaran sampai selesai 7 batu kerikil di tangan. Setelah menyelesaikan 7 lontaran, Ayah melindungi Bunda untuk keluar dari area sambil memegangi kepala takut kalau terkena batu yang nyasar.
Agak menjauh dari jamarat Aqobah, Ayah dan Bunda berhenti sejenak menghadap kearah kiblat untuk memanjatkan do’a sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah untuk berdo’a ketika selesai melontar. Sehabis berdo’a lalu berkumpul diujung jalan, dengan melihat lambaian bendera rombongan yang berwarna hijau stabilo.
Alhamdulillah Ayah dan Bunda bisa melontar dengan lancar tanpa kendala apapun.
Setelah melontar selesai maka kita sudah bisa Tahalul Awal, kembali ke kemah dan mengganti pakaian ihram dengan pakaian biasa. Tapi Ayah dan Bunda beserta beberapa orang dari rombongan memilih untuk langsung ke Masjidil Haram untuk tawaf Ifadah dan Sa'i. Dan hanya memotong rambut sedikit dijalanan menuju Masjidil haram.
Alhamdulillah....lega saat itu karena satu kewajiban haji telah Ayah dan Bunda laksanakan dimana Allah memberi kemudahan-kemudahan dalam pelaksanaannya, jauh dari apa yang Bunda bayangkan semula. Saat ini Ayah dan Bunda sudah terbebas dari larangan Ihram kecuali hubungan suami isteri.
Alhamdulillah....lega saat itu karena satu kewajiban haji telah Ayah dan Bunda laksanakan dimana Allah memberi kemudahan-kemudahan dalam pelaksanaannya, jauh dari apa yang Bunda bayangkan semula. Saat ini Ayah dan Bunda sudah terbebas dari larangan Ihram kecuali hubungan suami isteri.
Untuk menuju ke Masjidil Haram rombongan Ayah dan Bunda harus berjalan kaki dulu jauuuhh menuju tempat bis, alhamdulillah ada juga bis yang mau membawa rombongan kita.
Disepanjang perjalanan Bunda selalu ngucap syukur untuk semua kenikmatan-kenikmatan dan kemudahan yang Allah berikan selama kami tetap istiqomah ingin melaksanakan segala kegiatan ritual haji dengan sempurna.
Setelah melewati dua terowongan di antara Ajiziyah dan Mekkah, rombongan Ayah dan Bunda tiba dipelataran masjidil haram. Subhanallah, luar biasa jumlah jamaah yang akan menyelesaikan tawaf saat itu, rasanya tidak ada ruang kosong lagi untuk bisa menggerakkan badan. Sedikit demi sedikit rombongan Bunda mengikuti putaran arus tawaf, Ayah dan Bunda segera berniat dan masuk kepelataran yang penuh sesak itu sehingga sampai dipojok start hajar aswad.
Ayah mulai mengukur sudut yang tepat antara lampu hijau didinding masjid dan sudut hajar aswad, untuk mengira-ngira pas ini juga luar biasa perjuangan karena dorongan arus tawaf yang begitu besar, begitu Ayah rasa sudah pas sudut mulai, Bunda mulai berniat didalam hati untuk melakukan tawaf kemudian ”Bismillahi Allahu Akbar” ayah dan Bunda melangkahkan kaki kanan.
Baru beberapa meter berselang, rombongan mulai terpisah karena dipecah oleh gelombang arus tawaf. Masya Allah berat rasanya perjuangan untuk menyelesaikan putaran demi putaran karena himpitan, sikutan, dorongan para jamaah.
Tadinya Bunda berusaha bergerak menuju ke putaran yang agak didalam agar jarak lintasan tidak terlalu jauh, namun kondisi ini sangat membahayakan, Ayah berbisik dan mengarahkan Bunda untuk kembali kelintasan sebelah luar karena dorongan yang dasyat terjadi didekat hajar aswad dan maqom Ibrahim. Ayah berada dibelakang Bunda menjaga Bunda supaya tidak terdesak-desak orang. Beberapa kali juga Bunda harus mendongakkan kepala keatas untuk mengambil nafas.
Selesai putaran ke 7, Ayah dan Bunda memilih posisi searah dengan Maqom Ibrahim dekat area masjid, untuk melaksanakan Sholat sunnah setelah tawaf. Setelah mendapat tempat yang cukup strategis, dan anggota rombongan lain juga terlihat tidak jauh, Ayah dan Bunda melaksanakan sholat sunnah dilanjutkan dengan berdo'a sepenuh hati.
Setelah puas dengan do’a, Ayah dan Bunda menuju dispenser Air Zamzam (kalau dulu untuk minum air zamzam kita bisa ke sumur zamzam yang letaknya dilantai bawah, saat ini sumur itu sudah ditutup dan digantikan dengan dispenser). Segar banget rasanya, alhamdulillah, lega rasanya bisa menyelesaikan satu lagi rukun haji.
Selesai putaran ke 7, Ayah dan Bunda memilih posisi searah dengan Maqom Ibrahim dekat area masjid, untuk melaksanakan Sholat sunnah setelah tawaf. Setelah mendapat tempat yang cukup strategis, dan anggota rombongan lain juga terlihat tidak jauh, Ayah dan Bunda melaksanakan sholat sunnah dilanjutkan dengan berdo'a sepenuh hati.
Setelah puas dengan do’a, Ayah dan Bunda menuju dispenser Air Zamzam (kalau dulu untuk minum air zamzam kita bisa ke sumur zamzam yang letaknya dilantai bawah, saat ini sumur itu sudah ditutup dan digantikan dengan dispenser). Segar banget rasanya, alhamdulillah, lega rasanya bisa menyelesaikan satu lagi rukun haji.
Selesai beristirahat sejenak mulailah Ayah dan Bunda dan beberapa peserta rombongan menuju tempat Sa'i. Wah, ternyata lautan manusia juga berkumpul disini.
Bismillah, walau berat rukun haji ini harus Ayah dan Bunda jalani. Pelan-pelan Ayah dan Bunda mulai berjalan diantar bukit Safa dan Marwa, sambil sesekali berhenti untuk minum air zamzam.
Diantara pilar hijau Ayah berusaha untuk bisa berlari-lari kecil sambil terus membaca doa-doa. Selesai 7 putaran, Ayah dan Bunda berkumpul kembali dengan rombongan di tempat yang sudah disepakati lalu bersalam-salaman dan melakukan tahalul.
Bismillah, walau berat rukun haji ini harus Ayah dan Bunda jalani. Pelan-pelan Ayah dan Bunda mulai berjalan diantar bukit Safa dan Marwa, sambil sesekali berhenti untuk minum air zamzam.
Diantara pilar hijau Ayah berusaha untuk bisa berlari-lari kecil sambil terus membaca doa-doa. Selesai 7 putaran, Ayah dan Bunda berkumpul kembali dengan rombongan di tempat yang sudah disepakati lalu bersalam-salaman dan melakukan tahalul.
Tidak terasa ternyata rombongan Ayah dan Bunda banyak yang terpencar, syukur alhamdulillah akhirnya bisa lengkap lagi. Setelah lengkap kita siap-siap menuju tenda di Mina.
Berjalan kaki lagi jauuh sekali untuk mencari bis. Alhamdulillah dapet juga bisnya tapi ya Allah ternyata tidak sampai di Mina karena macet, terpaksa rombongan Ayah dan Bunda turun dari bis dan berjalan kaki kembali.
Berjalan kaki lagi jauuh sekali untuk mencari bis. Alhamdulillah dapet juga bisnya tapi ya Allah ternyata tidak sampai di Mina karena macet, terpaksa rombongan Ayah dan Bunda turun dari bis dan berjalan kaki kembali.
Disini benar-benar ujian kesabaran.
Kita harus jalan kaki jauuuhh banget dan tidak tahu arah kemana. Dari berbagai penjuru terlihat banyak orang berpakaian ihram putih-putih berjalan kaki, debu dan terik matahari yang mulai terbit. Tenda-tenda putih juga terlihat di kiri dan kanan jalan. Bunda mulai merasa letih dan haus sekali, tiap langkah Bunda berdoa supaya diberi kekuatan.
Setelah sekian jam berjalan kaki dan muter-muter tak tentu arah, akhirnya alhamdulillah maktab 100 ketemu juga. Bunda langsung tidur kecapean, kaki rasanya panass banget.
Tapi, walau capek luar biasa dan lelah tapi 3 ritual haji sudah dijalani, tinggal nanti lempar Jumrah lagi. Bismillah, semoga Ayah dan Bunda selalu dalam lindungan Allah SWT dan semoga kami berdua diberi kekuatan dan kemudahan untuk menyelesaikan ibadah di tanah haram ini.
Amin amin allahuma amin.
Amin amin allahuma amin.
Cuaca hari ini panas sekali, konon suhu mencapai 52 derajat celcius, berkali-kali Bunda harus menyemprot muka dan badan Bunda dengan air karena tidak tahan panasnya. Ada juga berita-berita tentang jemaah haji yang meninggal karena kepanasan, innalillahi wainnailaihi rojiun.
Eeee bangun tidur Bunda lihat kepala ayah sudah gundul he he he..
17 Nopember 2010
Setelah puas beristirahat didalam tenda, Ayah dan Bunda kembali bersiap untuk melontar Jumrah lagi. Kali ini ada 3 tempat yang harus kita lempar, Ula , Wusta dan Aqobah.
Ayah berada diposisi depan dan Bunda dibelakang sambil berpegangan erat, kemudian Ayah menerobos masuk mendekat jamarat ula dari sisi tengah, sedikit demi sedikit mendekati jumrah menggantikan posisi jamaah yang sudah selesai melontar.
Setelah berada dibibir jumrah dengan tenang Ayah melontarkan batu, setiap satu batu Ayah teriakkan takbir, mengagungkan asma Allah… Bismillahi Allahu Akbar, mengakui kebesaran Allah dan meyakini bahwa semua ciptaannya tunduk atas kuasa-Nya, Semoga Syaitan menjadi terhina dengan semakin tebalnya rasa keimanan ini.
Alhamdulillah Ayah dan Bunda dapat posisi dinding jumrah dibagian tengah, Bunda teringat pernah membaca disalah satu buku untuk berusaha mengambil posisi tengah karena diposisi itulah Insya Allah posisi jamarat dibangun. Hal ini memang tidak ada hubungannya dengan sah tidaknya melontar namun ada kepuasan tersendiri bisa melaksanakan setiap amalan haji dengan sempurna.
Tidak perlu emosi melemparkan batu seolah-olah kita sedang melempar syaitan begitu nasehat pembimbing haji Ayah dan Bunda, yang diperintahkan Allah adalah menegakkan dzikir di jamarat (tidak ada do’a do’a tambahan selama melontarkan batu-batu tersebut), setelah satu batu selesai dengan sempurna baru dilanjutkan dengan melontarkan batu berikutnya, satu persatu dengan tenang sampai ke tujuh batu habis.
Selesai melontarkan 7 butir batu di jumrah Ula, Ayah menarik Bunda untuk menjauh dari jumrah ula untuk berdo’a sejenak diujung jumrah ula, karena posisi diujung merupakan tempat yang aman dari lalu lalang jamaah yang akan melontar lanjutan ke jamrat Wusta.
Hal yang sama juga Ayah dan Bunda saat melontar di jumrah Wusta, diteruskan dengan berdo’a lalu lanjut ke jumrah Aqobah dan dari jumrah Aqobah Ayah dan Bunda menuju keluar jalan arah ke Haram karena setelah melontar di jumrah Aqobah tidak dianjurkan berdo’a.
Alhamdulillah alhamdulillah doa dan zikir Bunda didengar Allah SWT. Proses ibadah lempar Jumrahnya sudah selesai dan berjalan dengan lancar. Legaa..
Sambil menunggu anggota rombongan lain menyelesaikan lontarannya Bunda lihat banyak sekali pengemis disekitar Jamarat ini, belum lagi sampah-sampah yang menggunung, rasanya pasukan berseragam kuning petugas kebersihan masih harus bekerja keras membersihkan wilayah ini.
Sampai di tenda Mina, Ayah mengajak Bunda untuk jalan-jalan melihat sekeliling maktab.
Sayang Bunda lelah sekali, insya Allah besok pagi saja jalan-jalannya ya.
18 Nopember 2010
Pagi-pagi sekali, selesai sholat subuh dan mendengarkan kutbah subuh Ayah dan Bunda jalan-jalan keliling maktab. Ayah dan Bunda juga sudah selesai berkemas karena hari ini selesai melempar Jumrah kita akan segera meninggalkan Mina.
Selesai berkemas Ayah dan Bunda berkeliling tenda melihat-lihat berbagai orang dari berbagai bangsa, ada orang kulit hitam mungkin dari Afrika, ada orang sipit-spit mungkin dari Cina, ada orang tinggi besar. Ada yang jualan baju-baju, kain-kain, peci-peci, buku-buku.
Dipasar kaget ini Bunda beli sorban bagus untuk Ayah, buku dan peci-peci.
Jam 11.30 waktu setempat rencananya rombongan kita mau berangkat ke Jamarat lagi, untuk lempar Jumrah, tapi ternyata ada berita kalau tempat lontarnya sudah penuh banget.
Akhirnya rencana dibatalkan.
Rombongan Ayah dan Bunda baru bergerak sekitar jam 14.00 waktu setempat.
Hari ini lebih padat dari hari kemarin, dari berbagai penjuru orang bergerombol berdatangan menuju Jumarat, panas terik, debu beterbangan. Bunda langsung membuka payung untuk melindungi dari teriknya matahari. Beberapa teman dirombongan Bunda membeli topi ala Vietnam dengan caping lebar untuk melindungi wajah dari terik matahari.
Alhamdulillah, walaupun rame dan sangat padat tapi Ayah dan Bunda selalu diberi kemudahan oleh Allah dalam melaksanakan ibadah ini. Ula, Wustha dan Aqoba sudah lengkap dilontar. Alhamdulillah selesai sudah ibadah Haji Ayah dan Bunda...
Ayah dan Bunda sudah mengambil lebih dari 70 batu kerikil karena rencana awal rombongan ini mau mengambil Nafar Sani. Ternyata banyak anggota rombongan yang kelelahan dan tidak sanggup untuk bernafar Sani, sepakat kita bernafar Awal yang hanya memerlukan 49 kerikil.
Nafar Awal artinya hari ini harus segera kembali menuju Mekkah.
Selesai melempar Jumrah yang terakhir, Ayah Bunda beserta rombongan segera menuju tenda di Mina untuk berkemas-kemas menuju Mekkah.
Ditengah jalan menuju tenda di Mina hujan besar. Subhanaallah...
Deras sekali hujan yang membasahi tanah gersang ini. Orang-orang Arab menari-nari ditengah air hujan yang dingin, gawatnya tenda Ayah dan Bunda bocor, kasur-kasur basah semua, sendal-sendal hanyut terbawa air. Banjir.
Syukur alhamdulillah tidak lama kemudian bis yang akan membawa ke apartemen datang. Sepanjang perjalanan banyak sampah-sampah yang hanyut terbawa air, ternyata negara ini tidak memiliki got untuk pembuangan air. Sebentar saja sudah banjir dimana-mana, macet.
Sampai di apartemen Bunda segera mandi dan mencuci baju-baju, Ayah yang jemur.
Selesai cuci mencuci Bunda dan Ayah makan malam dengan nikmat lalu segera sholat dan tidur nyenyak, nanti malam tepat jam 12 insya Allah Ayah dan Bunda masih harus melakukan Tawaf Wada.
Eeee bangun tidur Bunda lihat kepala ayah sudah gundul he he he..
insya Allah jadi Haji yang mabrur amin.. |
Setelah puas beristirahat didalam tenda, Ayah dan Bunda kembali bersiap untuk melontar Jumrah lagi. Kali ini ada 3 tempat yang harus kita lempar, Ula , Wusta dan Aqobah.
Ayah berada diposisi depan dan Bunda dibelakang sambil berpegangan erat, kemudian Ayah menerobos masuk mendekat jamarat ula dari sisi tengah, sedikit demi sedikit mendekati jumrah menggantikan posisi jamaah yang sudah selesai melontar.
Setelah berada dibibir jumrah dengan tenang Ayah melontarkan batu, setiap satu batu Ayah teriakkan takbir, mengagungkan asma Allah… Bismillahi Allahu Akbar, mengakui kebesaran Allah dan meyakini bahwa semua ciptaannya tunduk atas kuasa-Nya, Semoga Syaitan menjadi terhina dengan semakin tebalnya rasa keimanan ini.
Alhamdulillah Ayah dan Bunda dapat posisi dinding jumrah dibagian tengah, Bunda teringat pernah membaca disalah satu buku untuk berusaha mengambil posisi tengah karena diposisi itulah Insya Allah posisi jamarat dibangun. Hal ini memang tidak ada hubungannya dengan sah tidaknya melontar namun ada kepuasan tersendiri bisa melaksanakan setiap amalan haji dengan sempurna.
Tidak perlu emosi melemparkan batu seolah-olah kita sedang melempar syaitan begitu nasehat pembimbing haji Ayah dan Bunda, yang diperintahkan Allah adalah menegakkan dzikir di jamarat (tidak ada do’a do’a tambahan selama melontarkan batu-batu tersebut), setelah satu batu selesai dengan sempurna baru dilanjutkan dengan melontarkan batu berikutnya, satu persatu dengan tenang sampai ke tujuh batu habis.
Selesai melontarkan 7 butir batu di jumrah Ula, Ayah menarik Bunda untuk menjauh dari jumrah ula untuk berdo’a sejenak diujung jumrah ula, karena posisi diujung merupakan tempat yang aman dari lalu lalang jamaah yang akan melontar lanjutan ke jamrat Wusta.
Hal yang sama juga Ayah dan Bunda saat melontar di jumrah Wusta, diteruskan dengan berdo’a lalu lanjut ke jumrah Aqobah dan dari jumrah Aqobah Ayah dan Bunda menuju keluar jalan arah ke Haram karena setelah melontar di jumrah Aqobah tidak dianjurkan berdo’a.
Alhamdulillah alhamdulillah doa dan zikir Bunda didengar Allah SWT. Proses ibadah lempar Jumrahnya sudah selesai dan berjalan dengan lancar. Legaa..
Alhamdulillah sudah selesai melontar |
Sambil menunggu anggota rombongan lain menyelesaikan lontarannya Bunda lihat banyak sekali pengemis disekitar Jamarat ini, belum lagi sampah-sampah yang menggunung, rasanya pasukan berseragam kuning petugas kebersihan masih harus bekerja keras membersihkan wilayah ini.
Ini petugas kebersihannya |
Sampai di tenda Mina, Ayah mengajak Bunda untuk jalan-jalan melihat sekeliling maktab.
Sayang Bunda lelah sekali, insya Allah besok pagi saja jalan-jalannya ya.
18 Nopember 2010
Pagi-pagi sekali, selesai sholat subuh dan mendengarkan kutbah subuh Ayah dan Bunda jalan-jalan keliling maktab. Ayah dan Bunda juga sudah selesai berkemas karena hari ini selesai melempar Jumrah kita akan segera meninggalkan Mina.
Selesai berkemas Ayah dan Bunda berkeliling tenda melihat-lihat berbagai orang dari berbagai bangsa, ada orang kulit hitam mungkin dari Afrika, ada orang sipit-spit mungkin dari Cina, ada orang tinggi besar. Ada yang jualan baju-baju, kain-kain, peci-peci, buku-buku.
Dipasar kaget ini Bunda beli sorban bagus untuk Ayah, buku dan peci-peci.
Jam 11.30 waktu setempat rencananya rombongan kita mau berangkat ke Jamarat lagi, untuk lempar Jumrah, tapi ternyata ada berita kalau tempat lontarnya sudah penuh banget.
Akhirnya rencana dibatalkan.
Rombongan Ayah dan Bunda baru bergerak sekitar jam 14.00 waktu setempat.
Hari ini lebih padat dari hari kemarin, dari berbagai penjuru orang bergerombol berdatangan menuju Jumarat, panas terik, debu beterbangan. Bunda langsung membuka payung untuk melindungi dari teriknya matahari. Beberapa teman dirombongan Bunda membeli topi ala Vietnam dengan caping lebar untuk melindungi wajah dari terik matahari.
selesai sudah ritual haji, alhamdulillah |
Ayah dan Bunda sudah mengambil lebih dari 70 batu kerikil karena rencana awal rombongan ini mau mengambil Nafar Sani. Ternyata banyak anggota rombongan yang kelelahan dan tidak sanggup untuk bernafar Sani, sepakat kita bernafar Awal yang hanya memerlukan 49 kerikil.
Nafar Awal artinya hari ini harus segera kembali menuju Mekkah.
Selesai melempar Jumrah yang terakhir, Ayah Bunda beserta rombongan segera menuju tenda di Mina untuk berkemas-kemas menuju Mekkah.
Ditengah jalan menuju tenda di Mina hujan besar. Subhanaallah...
Deras sekali hujan yang membasahi tanah gersang ini. Orang-orang Arab menari-nari ditengah air hujan yang dingin, gawatnya tenda Ayah dan Bunda bocor, kasur-kasur basah semua, sendal-sendal hanyut terbawa air. Banjir.
Syukur alhamdulillah tidak lama kemudian bis yang akan membawa ke apartemen datang. Sepanjang perjalanan banyak sampah-sampah yang hanyut terbawa air, ternyata negara ini tidak memiliki got untuk pembuangan air. Sebentar saja sudah banjir dimana-mana, macet.
Sampai di apartemen Bunda segera mandi dan mencuci baju-baju, Ayah yang jemur.
Selesai cuci mencuci Bunda dan Ayah makan malam dengan nikmat lalu segera sholat dan tidur nyenyak, nanti malam tepat jam 12 insya Allah Ayah dan Bunda masih harus melakukan Tawaf Wada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar