Ada sebuah materi menarik ketika Bunda menonton talk show Oprah Winfrey ditelevisi, pada suatu pagi di saat Bunda sedang suntuk dengan kelakuan mas Arka dan dede Argi yang sedang teriak-teriak rebutan mainan. Dalam talk show tersebut, Oprah menghadirkan seorang bintang tamu yaitu Super Nanny, dia adalah pengasuh anak paling laris di Amerika. Konon katanya sudah ratusan kali Nanny berhasil menghadapi tingkah laku anak - anak yang 'nyeleneh' dalam arti hyperactive,kasar, nakal & susah diatur. Nanny hanya mengajarkan satu hal pada anak-anak itu, yaitu minta maaf dan berjanti tidak akan melakukannya kembali. Super Nanny tidak menggunakan kekerasan fisik (yang kadang Bunda atau Ayah gak sengaja lakukan untuk sedikit mendisiplinkan mas Arka dan dede Argi hiks ..) Tapi dia menggunakan metode, 'tempat nakal'. Tempat nakal bisa berupa carpet nakal, bangku nakal, atau kolong nakal. Disekitar tempat nakal itu tidak dibangun 'benteng' berupa apapun. Jadi sebenarnya anak-anak itu bisa saja kabur namun mereka tidak bisa pergi karena Nanny mengawasi gerak-gerik mereka. Anak-anak yang bertingkah kelewat batas akan dimasukkan dalam tempat nakal itu. Mereka tidak boleh dipukul, tidak boleh dicubit, tidak boleh dimaki kasar apalagi dibentak-bentak. Yang Nanny lakukan hanya meletakkan mereka di tempat nakal itu dan diam. Nanny tidak menghiraukan bila anak -anak itu menangis meraung,memukul-mukulnya bahkan berkata kasar padanya. Nanny hanya berkata,"kamu harus diam di sini sampai kamu sadar apa kesalahan kamu." setelah itu Nanny pergi (hebaatttt euuyy) Dia akan kembali menghampiri anak-anak itu bila mereka berhenti menangis. Dia akan mengeluarkan mereka dari tempat nakal bila sudah meminta maaf pada orang yang telah mereka jahati. Setelah itu, Nanny akan memeluk mereka, mengelus punggung mereka penuh kasih sayang lalu memuji tindakan mereka yang mau meminta maaf. Setelah situasi sudah sedikit membaik, Nanny mulai memberikan pengertian apa kesalahan yang telah mereka perbuat.
Hmm.. Bunda lalu berusaha mencoba untuk menerapkannya pada mas Arka yang memang sudah mulai terlihat bandel. Bunda meletakkannya ke pojok nakal yang berupa kursi plastik hijau yang tinggi (itu loohh yang suka ada di tukang bakso hi..hi..hi..). Bunda melakukan itu karena mas mukul dede Arginya dengan sangat keras waktu rebutan mobil-mobilan. Saat Bunda suruh mas duduk dikursi pertamakali, mas cuman bilang "Kenapa Bunda? Kursi apa ini?" Bunda bilang "ini kursi untuk anak nakal, mas tadi nakal karena pukul dede. Kalo mas sudah tidak nakal lagi mas boleh turun dari kursi itu". Masnya diam saja terus tanya lagi "kenapa Bunda? " Bunda jawab "apa Mas tahu apa kesalahan Mas? Mas tahu kenapa Mas Arka duduk dikursi nakal?" tanya Bunda dengan keyakinan kalau mas Arka sudah paham apa yang Bunda katakan. Dan Mas menggeleng sambil ngeliatin Bunda. Perlahan Bunda menjelaskan kesalahan yang ia perbuat, "mas tadi pukul dede Argi keras-keras, Bunda gak suka mas pukul-pukul, Bunda sedih kalo anak-anak Bunda suka pukul-pukul, mas lihat, dede Arginya kesakitan. Mas jangan suka pukul ya.. " Bunda lakukan itu berulang-ulang sampai akhirnya Bunda fikir mas Arkanya sudah mengerti dan akhirnya Bunda tanya sekali lagi, "Mas ngerti gak kalau Mas salah? Mas ngerti ya kalo mas tidak boleh pukul dede"Ia mengangguk. Bunda melanjutkan, "kalau begitu, Mas harus minta maaf, sama dede Argi, lihat dedenya masih kesakitan "
"Iya deh... maafin ya," ujar mas Arka dengan raut wajah menyesal (dede Arginya sama mbak Sipon nonton Dora dikamar). Bunda lalu peluk mas dengan erat & membimbing dia turun dari kursi nakalnya. Bunda gendong & membawanya ke tempat dede Argi .Saat melihat dedenya, mas Arka langsung menyodorkan tangannya dan mencium pipi gembul dede yang masih basah bekas air mata"dede maaf yaa..." lalu mereka berdua berpelukan sambil tertawa-tawa tanpa dendam. Alhamdulillah. Diam-diam Bunda salut dengan mas Arka yang bisa minta maaf, Bunda juga salut dengan dede Argi yang bisa tidak punya dendam, Bunda juga salut dengan caranya Nannymendidik anak. Terbukti setelah beberapa kali Bunda memasukkan Mas Arka (ato dede Argi) kekursi nakal, mas dan dede jadi lebih mudah diatur & bisa dinasehati dengan baik.Mereka tidak perlu dibentak lagi. Secara tidak langsung sikap ini bisa menimbulkan jiwa lembut pada anak serta mengajarkan anak untuk terus instropeksi diri.Yang lebih hebat lagi, mas ato dede sama sekali tidak takut kalau mereka duduk dikursi plastik hijau itu kecuali bila Bunda bilang, "itu adalah Kursi nakal. Tempatnya anak nakal"Sejak saat itu juga Bunda selalu memberikan mas Arka dan dede Argi pilihan ketika mereka susah sekali diatur, "mau menjadi anak baik atau anak nakal? Kalau anak baik harus bla..bla..bla... Mas/dede anak baik atau anak nakal?" Dan mas ato dede selalu menjawab, "anak baik!". Yah, Bunda ingin mereka bangga pada dirinya sendiri namun mereka juga harus sadar pada kelemahan & kesalahannya. Kadang-kadang Bunda suka bertanya juga dalam hati "Apa Bunda sudah seperti mas Arka dan dede Argi? Yang mampu mengakui kesalahan sendiri? Yang bisa berdiam diri dikursi nakal untuk instropeksi?" Kayaknya sih belum.. (malu dot kom) Bunda sepertinya butuh duduk sendirian di pojok nakal & menemukan kesalahan Bunda & segera minta maaf, bisakah? bisa..bisa..bisa..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar