Oleh : Vini Hidayat
Cerita ini tentang Airin, gadis kecil berusia 4 thn yang cantik, lincah, cerdas dan menggemaskan. Rambut tebalnya yang sebahu selalu di kuncir 2 dengan pita warna-warni, iya, pita warna warni, jadi sebelah kiri berwarna hijau dan kuning, sebelah kanan berwarna merah dan biru, lain waktu malah bisa 3 pita di masing-masing kuncirnya.
Airin adalah anak pertama, sekarang ini sang ibu sedang hamil 7 bln dan Airin sedikit cemburu dengan banyaknya perhatian kebakal calon adik di perut ibunya itu. Kemarin ibunya bertanya : “Airin, nanti kalau dedek sudah lahir Airin senengkan?”
Jawab Airin sambil bermain dengan bonekanya : “oo seneng dong Bunda, nanti ada yang bantuin Bunda cuci-cuci, berrrres2 rumah dan masak kayak si mbak, jadi Bunda bisa main2 terrrus sama aku ” toweweewww… ibunya langsung bingung dengan jawaban Airin, maksudnya mau dijadi-in pembantu gitu adeknya??? Ha..ha..ha..
Memang ada-ada saja ulah Airin, pernah dia masuk rumah dengan tergopoh-gopoh “Bundaaa.. Bundaaa.. Ayah… Ayaaahhh” begitu teriaknya.
“Ada apa sih nduk..” tanya Ayahnya yang lagi baca koran diruang tamu.
“Sinii Ayah, kerrrumah bude Jum, Airrin mau kulkas kerrren seperti itu..” jawab Airin sambil menarik-narik tangan Ayahnya (oiya, Airin memang baru bisa bilang –RRR- jadi semua kata-kata yang pakai huruf R selalu dibaca doble R) Bude Jum adalah tetangga Airin satu RT dan anak-anaknya yang masih pada remaja suka banget menggoda Airin. Ayahnya Airin curiga, pasti deh si Airin dikerjain oleh kakak-kakak disana.
“Hayoo Ayah, hayooo Bunda liat kulkas kerrrennya Bude, ada warrna-warrninya baguuusss banget!” desak Airin sambil menarik lengan Ayahnya. Akhirnya sang Ayah dan Bunda mengalah dan ikut Airin menuju rumah Bude Jum.
Sampai disana disambut dengan gelak tawa Rio, anak pertama Bude Jum “ha..ha..ha.. pasti deh mau liat kulkas kerennya Bude ya?” Ayahnya Airin garuk-garuk kepala dan tersenyum geli, ternyata kulkas yang dibilang keren oleh Airin itu hanyalah kulkas rusak yang di cet warna-warni oleh anak-anak bude Jum.. oaallaaa Airin-Airin, mau aja kamu dibohongin orang nak..
Airin itu sangat manis, dengan mata bulat besar dan rambut tebal lurus sebahu. Dia berponi, kadang lurus kadang poninya dibuat miring. Kadang butuh beberapa jam bagi Airin untuk memutuskan apakah poninya akan dibuat miring atau dibuat lurus.
Kesukaan Airin lainnya adalah hari Sabtu sore, karena pada hari ini sang Ayah suka mengajak Airin keliling komplek dengan motor tuanya. Airin senang sekali, ia merasa cantik dengan rambut berkibar-kibar dan teman-teman disetiap blok yang memanggil-manggil namanya “Airin! Airin! Airin!” dan Airin dengan anggun membalas sapaan teman2nya itu dengan lambaian tangan. Berusaha keras agar persis seperti lambaian artis-artis yang suka dia lihat di tivi. :))
Airin juga sangat suka menemani sang Bunda ke mall. Tidak seperti anak-anak lain yang senang main di playground, Airin malah sangat suka diajak kebagian kosmetik. Setiap Bundanya coba-coba make-up Airin selalu ikut minta didandanin juga. Alhasil begitu pulang dari mall wajah Airin sudah di make over mbak-mbak penjaga counter cosmetik, ada yang kasih bedak, ada yang kasih lipstik ada yang ngoles eye shadow, ada yang kasih blushon dan tidak ketinggalan parfum! Lengkap-kap-kap seperti mau kepesta, padahal sang Bunda cuma beli lipstick aja lho.. he..he.. dan Airin tepuk tangan kegirangan melihat wajahnya yang warna-warni di cermin, gak sabar ia ingin pamer keteman-temannya. Hihihih
Pernah ia terlihat begitu sibuk didapur, membantu ibunya membuat kue. Tangan-tangan kecilnya membantu memulung adonan lalu mencetaknya dengan cetakan hati. Tapi kemudian Airin tertarik dengan mixer diatas meja yang sedang giat-giatnya mengocok telur.
“Bunda.. kok mixerrnya keluar angin sih?” tanyanya heran melihat ada angin dari lubang-lubang kecil disamping mixernya. Maklum ini adalah mixer lama peninggalan tombai-nya (tombai artinya nenek dalam bahasa Palembang), pakainya saja masih harus disambung dulu ke trafo.
“Iyaa… karena muternya cepat dan lama, jadi keluar angin panasnya, hati-hati ya, jangan terlalu dekat, berbahaya” jawab Bundanya sambil sibuk dilantai mencetak-cetak kue keringnya.
Airin terdiam, tapi dasar Airin, tiba-tiba saja ia punya ide cemerlang. Setengah berlari ia menuju kamar Bundanya, lalu mengambil rol rambut kemudian dengan susah payah me-rol poninya yang tebal. Tersenyum senang ia melihat hasil rolnya, walaupun miring sedikit tapi bagus juga lah, pasti nanti hasilnya cantik. Begitu fikir Airin.
Kemudian Airin kembali berlari kecil kedapur dan mendekatkan rol rambut ke mixer di meja makan. Sang Bunda yang tenggelam dengan adonan kue kering hanya melirik sekilas dan berkata “hati-hati nak, jangan terlalu dekat, hayoo sini bantu Bunda saja..”
Belum selesai sang Bunda bicara, Airin menjerit keras.. “AAAAAAAHHHHHHH BUNDAAAA!!!”
Reflek sang Bunda menarik stop kontak kabel mixer, ternyata rambut Airin masuk kedalam jari-jari pengaduk mixernya!
Astagfirullahaladzim, sang Bunda berkali-kali istigfar melihat kondisi Airin. Hanya tinggal beberapa centi lagi kulit kepala Airin menyentuh jari-jari pengaduk mixer!
Dengan gemeteran sang Bunda mencopot pengaduk mixernya “ADUUUHHH… SAKKIIITTT..” Airin mulai terisak.
Sang Bunda bingung mencopot rambut Airin dari mixer, erat sekali menempel di sana. Dicoba melepas sedikit-sedikit tapi kulit kepala Airin malah jadi ketarik dan Airin terlihat kesakitan. Akhirnya sang Bunda ambil jalan pintas, gak tega ia lihat Airin dengan pengaduk mixer nangkring dikepalanya.
“Bismillahirohmanirohin” dengan hati-hati sang Bunda mulai menyayat selapis demi selapis rambut tebal Airin yang tersangkut erat di pengaduk mixer itu dengan silet, Airin terisak-isak “jangan dipotong rambut Airin Bundaa..” rintihnya, khawatir sekali rambut kesayangannya jadi rusak.
“Harus di potong nak, emang Airin mau ada mixer terus dikepala Airin?” jawab Bundanya. “Gak papa, nanti juga tumbuh lagi.. lagian gak semua kok Bunda potong, hanya yang nyangkut saja, cuma sedikit “ hibur sang Bunda.
Hasilnya?
Ada pitak besar dikepala Airin. Sangat besar!
Airin melihat ke cermin dan terisak-isak, ia menyesal sekali tidak nurut kata Bundanya.
“Padahal aku hanya ingin rambut yang keriting seperti disalon-salon” gumamnya perlahan penuh penyesalan.
TAMAT
Bontang, 25 September 2010
Sabtu, 25 September 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Diberdayakan oleh Blogger.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar