Pagi ini rencananya Aku dan suami mau anter Akas (kakek dalam bahasa Palembang) untuk periksa darah rutin di dokter klinik kecil dekat rumah. Siangnya mau juga mau ambil paspor-ku di Jatinegara. Karena besok kita sekeluarga mau ke Bandung, biar suster Siti (pengasuhnya Arka & Argi) dan anak-anak dirumah Akas saja sambil mempersiapkan baju-baju dan perbekalan untuk ke Bandung.
Di klinik ternyata sudah ada beberapa pasien, jadi kita antri dulu. Begitu dipanggil karena penglihatan Akas sudah mulai berkurang kita semua ikutan masuk ke dalam ruang praktek untuk bantu Akas. Didalam Akas mulai bertanya ini dan itu sambil dicek oleh dokter. Lagi asik-asik konsultasi tiba-tiba ada suara rebut-ribut diluar ruangan dantiba-tiba braakkk..! Pintu ruangan terbuka, masuk suster Siti sambil gendong dede Argi, aku terlonjak, kaget banget.
Ada apa?!
Lebih kaget lagi waktu Bunda lihat dari lutut dede Argi menetes-netes darah merah segar kelantai.
Dede Argi terlihat pucat, suster terlihat ketakutan.
Dede langsung Bunda peluk, dan suruh tiduran di tempat tidur praktek dokter. Ruangan dokter ini langsung tersa sesak dan penuh aroma panic.
Karena ini klinik kecil, dokternyapun dokter muda, yang baru lulus, adoooh, begitu lihat luka dede yang menganga lebar tangan dokternya gemeteran dan beliau bilang "ini lukanya harus dijahit bu" dengan anda tidak meyakinkan.
Huuu..huuu..hu... dede Argi mulai nangis
Aku panik, suami juga panik.. Akas juga terlihat gelisah, mungkin akan ikutan panic bila melihat luka dilutut dede Argi yang menganga lebar. Ya sudah, apapun yang terbaik.. bismillah.. la haula walakuata illabila.
Dokter muada itu mulai membersihkan luka dede Argi dengan betadine "aduuhhhh... ADDDUUUUHHH... SAKIIITTT DOKTERRR" begitu teriak dede Argi setiap dokter mengoleskan betadine itu kelukanya.
Kaki dede Argi ditahan oleh suamiku dan satu orang suster. Selesai dibersihkan dokter muda itu mulai menjahit luka di lututnya..
"HOOOOOOOOOOO.. SUUUUDAAAAAAHHHHHHHHHHHHH...!!!!!!!" teriak dede histeris satu jarum jahitnya menembus kulit. Bunda peluk dede Argi sambil ajak ngobrol
“Dede tadi makan apa?” tanyaku
“Makan mie Bunda” jawab dede Argi dengan suara lemah, wajah penuh keringat dan air mata, aku lap keringatnya dengan tissue
Tiba-tiba..
"SUUUUUUUUUUUUUDAAAAAAAAAAHHHHHHHHH JANJIII YAA DOKTER, SUDAAAAAHHHH..." teriak dede Argi keras, satu jarum menembus kulitnya lagi
Bunda lemes, ingin nangis juga.. luka di lutut dede Argi masih mengeluarkan darah.
Dokternya siram luka itu dengan betadine.. dede Argi langsung menjerit "AAAAAAAAAAWWWWWWWWWWWWW.. SUUUUUUUUDAAAAAAAAHHHHHH!!!!!! DOKTEERRRRRR!!!" tapi belum selesai, masih lebar luka di lututnya.
Suamiku terlihat pucat dan langsung panggil suster untuk ganti pegang lutut dede Argi.
"SUUUUUUDAAAAHHH...HUUUU...HUUUUU...HUUUU... AAAAHHHHH...SUUUDAAHHH!!"
masih teriak histeris dede Arginya tiap kali jarum panjang ditangan dokter itu menembus kulitnya.
Bunda langsung tanya kedokternya dengan nada tinggi satu oktaf bin judes des"dibius gak sih dok? kok anak saya masih kesakitan?!"
Entah dokternya jawab apa, karena tertutup dengan teriakan dede Argi lagi. Tapi iya sih.. mungkin sudah dibius karena Bunda lihat dokternyatadi suntik dede Argi. Dede Argi kembali menjerit-jerit kesakitan "SUUUUUDAAHHH... SAKIITTTT...SAKKKIIIITTTT..." dan selalu Bunda hanya bisa elus-elus rambut dede Argi, peluk dede Argi, hapus air matanya, hapus keringetnya... dan berjanji setelah semua selesai akan membelikan dede Argi es krim strawberry kesukaannya.
"OOOOWWW OOOWWW SAKIIITT DOKTERRRRR... SUUUDAAAAHHHHHHH!!"
Setelah beberapa saat yang penuh jeritan, akhirnya selesai juga sang dokter menjahit lutut dede. Dede Argipun tertidur kecapean. Tidak kurang dari 8 jahitan menghiasi lututnya.. :”(
Aku sedih sekali.
Sampai dirumah Akas, mas Arkanya tampak cemas.
“Bunda, dede Argi jatoh, tadi darahnya banyak, disini.. disini dan disini.. semua ada darahnya dede Argi” begitu lapornya sambil menunjukkan tempat-tempat tetesan darahnya dede Argi.
“Sekarang dede Arginya tidur ya Bunda?” tanyanya lagi sambil melihat dede Argi yang masih tertidur dipelukan Ayahnya.
“Iya” jawabku pelan, takut dede Arginya terbangun.
“Tadi mas Arka takut Bunda, takut dede Arginya mati, mas Arka tadi berdoa ke Allah, semoga darah dede Argi gak keluar banyak, semoga dede Argi ketemu Bunda” hiks, aku jadi terharu mendengarnya. langsung aku peluk mas Arka.
“Terima kasih ya mas, karena doa mas Arka jadinya Bunda bisa ketemu dede Argi, jadi dede Argi gak ketakutan”
“Tadi dede diobatin apa Bunda?” tanyanya lagi sambil melihat lutut dede Arginya yang di perban.
“Oo.. dede Argi dijahit lukanya, supaya nyambung dan darahnya gak keluar lagi” jelasku sambil mengelus-elus rambut dede Argi
“Dijahit gimana Bunda?”
“Dijahit seperti jahit baju, pakai jarum dan benang” jawabku lagi
“Sakit gak? Dede Argi nangis gak Bunda?”
Tiba-tiba dede Arginya terbangun “Bunda..” panggilnya.
“Iya dek” jawabku. Mas Arka langsung loncat ketempat tidur dan cium pipi adeknya. Adek Argi tersenyum senang.
“Tadi dijahit ya dek lututnya?” tanya mas Arkanya langsung dengan mimik khawatir sambil memperhatikan lutut dede Argi. Dede Arginya mengangguk.
“Sakit gak dek?”
“Hhhmmm enaaakkk, cuman sakit sedikit…” jawab dede Argi dengan mimik lucu dan tersenyum lebar, lalu dede Argi melanjtukan ucapannya "mana es klim stobely-nya Bunda?"
oalaaa dede Argiii…………!
Selasa, 04 Mei 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Diberdayakan oleh Blogger.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar